CIBATU merupakan salah satu nama kecamatan di kabupaten Garut. Kecamatan Cibatu adalah pusat Kewedanaan di wilayah Garut utara sejak jaman Belanda hingga dihilangkannya sistem wilayah Kewedanaan.
Kecamatan Cibatu pun memiliki sejarah perjuangan yang sangat panjang dimasa kemerdekaan republik Indonesia, sehingga wajar masyarakat Cibatu disebut paling pertama mendapatkan kemajuan perkembangan ekonomi, pendidikan dan teknologi, sebab kecamatan Cibatu merupakan pusat transit transportasi menuju seluruh wilayah kabupaten Garut dengan adanya stasion kereta api yang menjadi inti bagian sejarah kabupaten Garut itu sendiri.
Kemajuan intelektualitas masyarakat Cibatu telah menorehkan sejumlah nama yang berkifrah di berbagai bidang, seperti Achdiat Kartamihardja, penulis novel (Atheis,1908) terkenal di dunia yang kini bermukim di Australia. Surachman RM (1936), penyair liris yang melahirkan puisi-puisi lembut dalam bahasa Indonesia, walaupun sehari-hari bekerja sebagai Jaksa di Kejaksaan Agung. Mashudi mantan gubernur Jawa Barat (1962-1973), bahkan bupati kabupaten Bandung H. Obar Sobarna (sekarang) merupakan putra kelahiran Cibatu.
Kecamatan Cibatu juga menyandang atribut sebagai kota tua, kota pelajar dan kota pensiunan.
Asal usul nama Cibatu sampai saat ini masih simpang siur, sebab belum ada bukti sejarah yang menguatkan kapan nama Cibatu dipergunakan. Namun, jika dikaitkan dengan perjalanan kabupaten Limbangan sebagai cikal bakal kabupaten Garut, ada keterkaitan nama daerah yang bersentuhan dengan wilayah Cibatu, yakni kampung Gunung Limbangan dan Wanakerta.
Pada abad ke 17 M, sebelum orang-orang Eropa datang dan melakukan penguasaan atas wilayah Tatar sunda, di wilayah ini masih berdiri beberapa kerajaan besar dan beberapa keprabuan. Kerajaan besar terakhir yang pernah berdiri di tatar sunda adalah Kerajaan Sunda yang beribukota di Pakuan Pajajaran Bogor, atau lebih terkenal Kerajaan Pajajaran. Disaat kerajaan ini runtuh diserbu pasukan Banten (1579), wilayah tatar sunda membentuk keprabuan-keprabuan sendiri. Termasuk wilayah Garut, diantaranya Keprabuan Sundalarang (Sukawening), Keprabuan Cangkuang (Leles), Keprabuan Mandala Puntang / Timbanganten, Batuwangi (Singajaya), Kandangwesi (Bungbulang), dan Nagara Sancang (Pameungpeuk).
Setelah muncul Kerajaan Sumedang Larang sebagai penerus Pajajaran, beberapa keprabuan hilang dan ada yang muncul sebagai wilayah kekuasaan baru, yaitu Limbangan, Kadungora, Tarogong, Suci dan Panembong.
Pada tahun 1632, datanglah kekuasaan Mataram Jawa (raja Sultan Agung) yang banyak merubah pola kekuasaan di Tatar Sunda. Pada zaman Mataram ini wilayah Garut hanya terdapat dua kabupaten, yakni Kabupaten Limbangan (daerah kekuasaannya meliputi Limbangan, Wanakerta, Wanaraja), dan Kabupaten Timbanganten (daerah kekuasaannya, Cisurupan, Samarang, Tarogong, Bojongsalam).
Kabupaten Limbangan, sejak bupati Limansenjaya hingga Tumenggung Wangsareja (Wangsadireja II, 1805-1811) hanya memiliki tiga wilayah kekuasaan yakni, Limbangan, Wanakerta dan Wanaraja. Sebab, dari batas sungai Cimanuk (sasakbeusi) hingga Malangbong, masuk dalam kekuasaan kabupaten Sukapura (Tasikmalaya).
Pada tahun 1901, berdasarkan lembar Negara 1901 No. 327, wilayah-wilayah di Garut termasuk Malangbong menjadi wilayah kabupaten Limbangan, dan terbagi berdasarkan distrik-distrik. Distrik Wanakerta sendiri meliputi onderdistrik Cibatu, Nangkapait, Malangbong, Lewo, dan Leles. Sementara Cibatu sebagai kota Kewedanaan atau pusat pemerintah distrik.
Nama Cibatu muncul, ketika masa bupati Limbangan Nayawangsa (1678). Hadirnya penguasa Mataram ke Tatar sunda, dikhawatirkan pusaka-pusaka direbut oleh raja Mataram, maka diamankan di wilayah Wanakerta sebagai wilayah kekuasaan Limbangan, yaitu di kampung Gunung Limbangan.
Wilayah Wanakerta sendiri, merupakan daerah subur sumber air dan banyak bebatuan, sehingga menjadi tempat singgah Dalem Limbangan. Maka lahirlah nama Ci (cai; air) batu (batu) sejak itu hingga sekarang.
Kepopuleran Cibatu dari jaman ke jaman ternyata semakin besar. Berpindahnya ibu kota kabupaten Limbangan ke Garut (1913), stasion kereta api Cibatu merupakan sarana transfortasi utama, baik bagi masyarakat maupun kunjungan kenegaraan yang dipergunakan menuju kota kabupaten Garut, termasuk presiden pertama Ir. Soekarno ketika datang ke Kabupaten Garut, sehingga memberi gelar Garut sebagi kota Intan, di tanah Cibatu lah Soekarno pertama menginjakan kakinya.(Tata E. Ansorie)***
like
BalasHapusDi singkat msh kirang tp wios slm kang
BalasHapusManawi aya anu uninga perkawis wedana tarogong anu wastana Rd. Wiradireja (8)
BalasHapusHatur nuhun stcanna